KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur
Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Sumber Daya Mineral dan Energi ini yang membahas tentang ”NIKEL”
Kami menyadari
bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa. Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing dan teman-teman serta bantuan dari berbagai pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri, umumnya
kepada para pembaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan
saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Makassar,
5 Maret 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar...................................................................................... i
Daftra isi................................................................................................. ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 1
1.3 Tujuan makalah............................................................................ 2
BAB II Tinjauan pustaka
2.1 Bahan galian nikel........................................................................ 3
2.2 Keadaan geologi.......................................................................... 3
2.3 Kondisi mineral............................................................................ 4
2.4 Kondisi topografi dan morfologi................................................. 5
2.5 Sifat fisika dan kimia................................................................... 5
2.6 Kegunaan nikel............................................................................ 6
BAB III Proses pembentukan nikel
3.1 Proses pembentukan nikel............................................................ 8
3.2 Eksplorasi dan eksploitasi nikel................................................... 9
3.3 Pengolahan bahan galian nikel..................................................... 10
3.4 Pengolahan nikel Fe-Ni dan Ni
laterit......................................... 11
3.5 Proses pemurnian nikel................................................................ 15
BAB IV Penambangan nikel
4.1
Dampak
penambangan nikel terhadap lingkungan...................... 17
BAB V Pentup
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 19
5.2 Saran............................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Nikel ditemukan oleh
Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai
nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan
Nikel semakin meningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya
semakin terbatas, sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan
Nikel.
Nikel adalah unsur
kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28.
Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga bersifat magnetis. Nikel mempunyai
sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika
dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan
karat yang keras. Perpaduan nikel, krom dan besi menghasilkan baja tahan karat
(stainless steel) yang banyak diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan
peralatan memasak), ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Nikel adalah bahan
galian golongan A, yang dimana bahan galian yang tergolong strategis. Minyak
bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian golongan A, yang kita tahu
dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari oleh investor – investor yang
bergerak dibidang pertambangan dan usaha lainnya.
Bahan galian Nikel
banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan baja yang tahan karat, bisa
juga dipakai sebagai alat – alat laboratorium Fisika dan Kimia, serta banyak
lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana keberadaan nikel di alam
saat ini?
2. Bagaimana proses pembentukan nikel?
3. Bagaimana sifat fisika dan kimia
nikel?
4. Bagaimana memanfaatkan nikel
sembagai sumber energi?
5. Bagaimana dampak penambangan nikel
terhadap lingkungan?
1.3 Tujuan makalah
1. Mampu menjelaskan mengenai proses
pembentukan, peleburan, dan pemurnian nikel.
2. Mengetahui sifat fisika dan kimia
nikel.
3. Mengetahui manfaat nikel dalam
kehidupan sehari hari baik sebagai sumber energi maupun bukan.
4. Mengetahui dampak dari penambangan
nikel terhadap lingkungan.
5. Sebagai bahan bacaan dan salah satu
syarat untuk memenuhi nilai dalam bentuk tugas makalah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan galian nikel
Nikel adalah komponen yang ditemukan banyak dalam
meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan dunia
akan nikel.
Meteorit besi atau
siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel berkadar 5-25%. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan
bagian tenggara, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau
Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate. Logam
ini ditambang di Rusia, Australia, Indonesia, Kaledonia Baru, Kuba, Kanada, dan
Afrika Selatan.
2.2
Keadaan geologi
Nikel
biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan
ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua
jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi
residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai
endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit,
dan kalkopirit.
PROTOLITH
Merupakan dasar (bagian
terbawah) dari penampang vertikal. Merupakan batuan asal yang berupa batuan
ultramafik (harzburgite, peridotit atau dunit). Nikel terdapat (muncul)
bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari magnesium-rich olivin atau
sebagai hasil (alterasi serpentinisasi). Olivin tidak stabil pada pelapukan
kimiawi “amorphous ferric hydroxides”, minor amorphous silikat dan beberapa
unsur tidak mobile lainnya.
SAPROLITE
Fragmen-fragmen batuan asal
masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada umumnya sudah terubah. Batas antara
zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi. Pada
beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan pelapukan
mengulit bawang (spheroidal weathering). Dengan berkembangnya proses pelapukan,
unsur Mg di dalam protholith umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian
terbawa oleh air tanah.
LIMONIT
Bagian yang kaya dengan oksida
besi akibat dari proses pembentukan zona saprolite (oksida besi dominan pada
bagian atas dari zona saprolite) horizon limonit. TUDUNG BESI (erriginous
duricrust, cuirasse, canga, ferricrete). Suatu lapisan dengan konsentrasi besi
yang cukup tinggi, melindungi lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap
erosi.
2.3
Kondisi mineral
Endapan
nikel laterite terbentuk baik pada mineral jenis silicate atau oxide. Kemiripan
radius ion Ni2+ dan Mg2+ memungkinkan substitusi ion diantara keduanya.
Umumnya, mineral bijih dari jenis hidrous silicate seperti talc, smectite,
sepiolite, dan chlorite terbentuk selama proses metamorphisme temperature
rendah dan selama proses pelapukan dari batuan induk. Umumnya, mineral –
mineral tersebut mempunyai variasi ratio Mg dan Ni. Mineral garnierite dari
jenis silicate mempunyai ciri poor kristalin, texture afanitik, dan berstuktur
seperti serpentinite.
Tempat – tempat yang beriklim
tropis seperti Indonesia, Columbia memungkinkan untuk terjadinya endapan Nikel
laterite. Kondisi curah hujan yang tinggi,temperatur yang hangat ditambah
dengan aktivitas biogenic akan mempercepat proses pelapukan kimia, dimana Nikel
laterite bisa mudah terbentuk.
2.4 Kondisi topografi dan morfologi
Dua
faktor tersebut sangat penting dalam endapan nikel laterit karena kaitannya
dengan posisi water table, stuktur dan drainage. Zona enrichment nikel laterite
berada di topografi bagian atas (upper hill slope,crest, plateau, atau
terrace). Kondisi water table pada zona ini dangkal,apalagi ditambah dengan
adanya zona patahan n shear or joint. In consequence, akan mempercepat proses
palarutan kimia (leaching processes) yang pada akhirnya akan terbentuk endapan
saprolite mengandung nikel yang cukup tebal. Kondisi seperti ini dapat dijumpai
di beberapa tempat sepeti Indonesia,New Caledonia, Ural (Russia) dan Columbia.
Sebaliknya, pada topografi yang rendah, water table yang dalam akan menghambat
proses pelarutan unsur – unsur dari batuan induk.
2.5 Sifat fisika dan kimia
Sifat
fisika:
·
Nikel merupakan logam keras, ulet, bisa
ditempa, dan berwarna putih keperakan.
·
Nikel merupakan konduktor panas dan
listrik yang cukup baik. Senyawa nikel umumnya bersifat bivalen, meskipun
terdapat pula tingkat valensi lainnya.
·
Unsur ini membentuk sejumlah senyawa
kompleks. Sebagian besar senyawa nikel berwarna biru atau hijau.
·
Nikel larut perlahan dalam asam encer
namun, seperti besi, menjadi pasif ketika dipaparkan dengan asam nitrat.
·
Kebanyakan nikel di bumi tidak dapat
diakses karena berada dalam inti bumi cair. Nikel diketahui menyumbang 10%
komposisi inti bumi.
·
Jumlah total nikel yang terlarut dalam
laut berada pada kisaran 8 miliar ton.
·
Bahan organik memiliki kemampuan
menyerap logam ini sehingga menjelaskan mengapa batubara dan minyak bumi
memiliki kandungan nikel cukup besar.
Sifat kimia:
·
Kandungan nikel dalam tanah bisa
serendah 0,2 ppm atau setinggi 450 ppm di beberapa jenis tanah liat, dengan
rata-rata kandungan sekitar 20 ppm.
·
Nomor atom 28 dan memiliki berat atom
relative 58,7 gram/mol.
·
Nikel terdapat pada sebagian
kacang-kacangan yeng menjadi komponen penting beberapa enzim.
·
Makanan lain yang kaya nikel adalah teh
yang memiliki 7,6 mg nikel/kg daun teh kering.
·
Nikel bersenyawa dengan sulfur dalam
mineral millerite dan dengan arsenik dalam mineral niccolite.
·
Kebanyakan bijih nikel diekstrak dari
besi-nikel sulfida, seperti dari pentlandit.
2.6
Kegunaan nikel
·
Untuk melapisi barang yang terbuat dari
besi, tembaga, baja karena nikel mempunyai sifat keras, tahan korosi dan mudah
mengkilap jika digosok.
·
Untuk membuat baja tahan karat (stailess
stell)
·
Untuk membuat aliase dengan tembaga dan beberapa
logam lain seperti :
a. Monel (Ni, Cu, Fe) Digunakan untuk membuat instrumen tranmisi listrik
b. Nikrom(Ni,Fe,Cr) Digunakan sebagai kawat pemanas
c. Alniko (Al, Ni, fe, Co) digunakan
untuk membuat magnet.
d. Palinit dan Invar yaitu paduan nikel yang mempunyai koefisien muai yang sama
dengan gelas yang digunakan sebagai kawat listrik yang ditanam dalam kaca,
misalnya pada bolam lampu pijar.
e. Serbuk nikel digunakan sebagai katalisator, misalnya pada hidrogenansi
(pemadatan) minyak kelapa, juga pada cracking minyak bumi.
Penggunaan
utama nikel adalah sebagai bahan pembuat logam paduan. Logam paduan nikel
memiliki karakteristik kuat, tahan panas, serta tahan karat. Nikel mudah
dibentuk dan bisa ditarik menjadi kawat. Logam ini tahan korosi bahkan pada
suhu tinggi sehingga banyak digunakan pada turbin gas dan mesin roket. Monel
adalah paduan nikel dan tembaga yang tidak hanya keras tapi bisa menahan korosi
oleh air laut, sehingga ideal digunakan sebagai baling-baling kapal dan
fasilitas desalinasi. Sekitar 65 % nikel digunakan untuk membuat stainless
steel, yang umumnya memiliki komposisi sebagian besar besi, 18 % kromium, dan 8
% nikel. 12 % dari semua nikel digunakan sebagai elemen paduan super. Sisa 23%
antara lain digunakan sebagai paduan baja, baterai isi ulang, katalis dan bahan
kimia lainnya, mata uang logam, produk pengecoran, dan plating.
Umumnya
unsure transisi itu merupakan katalisator, nikel dijadikan salah salah satu
katalisator pada hidrogenansi (pemadatan minyak kelapa karena nikel dapat
mengkatalis pada suhu yang tinggi tanpaikut bereaksi.
BAB III
PROSES PEMBENTUKAN NIKEL
3.1 Proses pembentukan nikel
Nikel
terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg. Olivin adalah jenis
mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk
pelapukan pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya
(parent rock). Batas antara batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak
jelas dan bahkan perubahannya gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan
dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder
saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama
groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya sepenuhnya berubah.
Sebagai hasilnya, Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal
diatas saprolite yang sekarang kita kenal sebagai Limonite.
Proses
kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja
kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Pada
pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan
pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil
(olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang
larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat
halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida,
akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat
permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam
jumlah kecil.
Larutan
yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat
asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya
kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan
hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat
dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada
celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan
krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang
disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya
seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai
batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan
urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona
batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
3.2
eksplorasi dan eksploitasi nikel
Dalam Eksplorasi Nikel banyak hal yang harus dilakukan, antara
lain :
·
Membuat analisis statistic dari data
kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan ketebalan overburden, kemudian lakukan
verifikasi data berdasarkan parameter statistic.
·
Membuat peta kontur topografi dan kontur
kadar bijih nikel kemudian membuat analisanya.
·
Membuat peta kontur ketebalan OB.
·
Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa
menggunakan metode NNP.
·
Membuat batas PIT potensial.
·
Lalu menghitung berapa cadangannya
Lorite dan Logam nikel
diambil dari endapan primer yaitu dari batuan ultra basa dan endapan residu
yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral garnierite, Ni-chlorite dan
Nieeolite NiAs. Terlihat adanya perubahan Ekploitasi dari bahn Galian Nikel.
3.3
Pengolahan bahan galian nikel
Hasil
bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga mempunyai
diameter 20 cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan kadar nikel 21
%. Pemurnian untuk menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor,
chromium, dengan 2 tahap yaitu :
1. Menggunakan
karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.
2. Menggunakan
bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam tanggul goyang
(shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang berbagai unsur yaitu
chromium, karbon, silica, phaspor sehingga akan menghasilkan ferro nikel dengan
kadar karbon rendah.
Hasil
penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi masih mengandung
air 28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air dan minyak yang
diinjeksi dengan aliran listrik yang terputus – putus diatas panas dalam tanur,
kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel kasar dengan kadar 25 %
nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar nikelnya menjadi 75%
nikel matte.
Secara
umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu mineral
sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan ada
oksida. Masing-masing mempunyai karakteristik sendiri dan cara pengolahannya
pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi pengolahan bijih
nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih
nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya ditemui yaitu
Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan menonjol dari 2
jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium), bijih saprolit
mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit sebaliknya. Bijih
Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu HGSO (High Grade
Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya HGSO mempunyai kadar
Ni ≥ 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
3.4
Pengolahan nikel Fe-Ni dan bijih laterit
Faktor
yang paling penting diperhatikan adalah basisitas (tingkat kebasaan) MgO/SiO2
atau ada juga yang mengukur berdasarkan SiO2/MgO. Tingkat kebasaan ini
menentukan brick/ refractory/bata tahan api yang harus digunakan di dalam
tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka refractory yang digunakan juga
sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak) tidak bereaksi dengan
refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory tersebut. Basisitas juga
menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka slag semakin encer
dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas yang terlalu tinggi
juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin besar sehingga
kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin besar.
Secara
umum proses pengolahan bijih nikel jalur pyrometallurgy dibagi dalam beberapa
tahap seperti dalam diagram berikut:
1.Kominusi
Kominusi
adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa terlepas dari
bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap kominusi untuk nikel ore
ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya dibutuhkan crusher
saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2.Drying
Drying
atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture dalam bijih.
Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan dalam proses
ini dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang dibuat).
Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan gas panas
yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam Hot Air
Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperature sampai 200 C.
3.Calcining
Tujuan
utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam bijih,air
kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan goethite
(Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln dengan
tempetatur sampai 850 oC menggunakan pulverized coal secara Counter Current.
Reaksi dekomposisi air kristal yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari
serpentine adalah sebagai berikut:
3MgO.2SiO2.2H2O
= 3 MgO + 2 SiO2 + 2 H2O
Reaksi ini terjadi pada
temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi endotermik. Pemanasan lebih lanjut
MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite dan enstatite yang merupakan reaksi
eksotermik.
2MgO+SiO2=2MgO.SiO2
MgO + SiO2 = MgO.SiO2
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari
goethite adalah sebagai berikut:
Fe2O3.H2O
= Fe2O3 + H2O
Reaksi
ini terjadi pada 260C – 330C dan merupakan reaksi endotermik. Di samping
menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya didesain sudah terjadi
reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp rent, semua reduksi
dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan dalam technology
Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak langsung dalam
rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan sisanya dilakukan
dalam electric furnace. Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore
dengan kandungan moisture sekitar 2% dan siap dilebur dalam electric furnace.
4.Smelting
Proses
peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam rangkaian proses
ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20% secara tidak langsung
pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi langsung yang terjadi adalah
sebagai berikut:
NiO(l)+C(s)=Ni(l)+CO(g)
FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen juga tereduksi dan menjadi
pengotor dalam logam.
SiO2(l)+2C(s)=Si(l)+2CO(g)
Cr2O3(l)+3C(s)=2Cr(l)+3CO(g)
P2O5(l)+5C(s)=2P(l)+5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)
Karbon disupplay dari
Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi pada zona leleh elektroda.
CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan CO(g) dari reaksi
boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui mekanisme solid-gas reaction
(reaksi tidak langsung):
NiO(s)+CO(g)=Ni(s)+CO2(g)
CoO(s)+CO(g)=Co(s)+CO2(g)
FeO(s)+CO(g)=Fe(s)+CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)
Reaksi ini merupakan
reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih
dalam bagian refining hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan
menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si(l)+O2(g)=SiO2(l)↔SiO2(l)+CaO(l)=CaO.SiO2(l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) ↔CaO (l)+P2O5
(l)= CaO. P¬2O5 (l)
C(l) + ½ O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)
Oksida stabil seperti
SiO2, Cr2O3 dan P2O5
tidak tereduksi melalui reaksi tidak langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah
terbentuk dan proses sudah bisa dikatakan selesai.
5.Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah
menghilangkan/memperkecil kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut
Desulfurisasi. Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses
lanjutan yaitu digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana
baja yang bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan
Sulfur pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak
diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk
menurunkan kandungan sulfur ini.
Sedangkan
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2(S)+S=CaS(S)+2C(Sat)
Na2CO3+S+Si=Na2S+(SiO2)+CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2
+ CO2
Reaksi
ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan pemanasan lagi pasca
smelting.
Proses
selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam bagian
refining hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan menurunkan
pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan
prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
3.5
Proses pemurnian nikel
Proses
pemurnian nikel diawali dengan pembakaran bijih nikel, kemudian dicairkan untuk
proses reduksi dengan menggunakan arang dan bahan tambahan lain dalam sebuah
dapur tinggi. Dari proses tersebut nikel yang didapat kurang lebih 99%. Jika
hasil yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang), proses pemurniannya
dikerjakan dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup dalam dapur
nyala api. Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.
Bijih-bijih
nikel dapat diklassifikasikan menjadi dua golongan :
Setelah
bijih mengalami proses pendahuluan yang meliputi crushing drying, sintering,
kemudian bijih diproses lanjut secara
a.
Proses Pyrometallurgy
b.
Proses Hydrometallurgy
Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya sebagian dari
besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih dalam
bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari
nikel pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung
belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel
terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu
paduan Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat diterakkan.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60
% Fe dan selanjatnya metal yang masih dalam keadaan cair terus diprosos lagi
dalam konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah silikon untuk
menterakkan oksida besi.Terak hasil konvertor ini masih mengandung
nikel yang cukup tinggi,sehingga terak ini biasanya di proses ulang pada
peleburan(Resmelting).Proses selanjutnya metal di panggang untuk memisahkan
belerang.
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di
reduksi dengan bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel.
Pada proses ini concentrat di leaching dengan larutan ammonia didalam autoclave
dengan tekanan kurang lebih 7 atm (gauge)Tembaga, nikel dan cobalt terlarut
kedalam larutan ammonia.
BAB IV
PENAMBANGAN NIKEL
4.1 Dampak penambnagan nikel terhadap lingkungan
..... a.Dampak
Penambangan Nikel Terhadap Lahan/Tanah
Akibat
aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan terhadap
lahan atau tanah, seperti:
·
Tanaman masyarakat menjadi rusak akibat
aktifitas penambangan.
·
Merusak lahan-lahan masyarakat dengan
lubang-lubang eksplorasi sementara.
·
Dari aktifitas pertambangan menyebabkan
terjadinya hujan asam yang mengebabkan tanah menjadi tercemar dan tanaman yang
terkena hujan asam menjadi mati.
·
Lahan di sekitar pertambangan penuh
dengan lubang dan tandus. Lahan ini bekas eksploitasi penambangan yang belum
direklamasi /revegetasi sebagaimana mestinya.
·
Lahan hutan di sekitar pertambangan
mengalami penebangan liar yang semakin meningkat karena adanya jalan
pertambangan dan pelabuhan yang dibangun.
b.Dampak
Penambangan Terhadap Air
Akibat
aktifitas penambangan Nikel, banyak dapak negative yang ditimbulkan terhadap
air, seperti:
·
Ekosistem Danau Matano rusak karena
hempasan debu dan asap dari pabrik, pembuangan limbah dari perumahan di atas
danau, erosi tanah dan sedimentasi dari bekas galian yang hanyut ke danau.
·
Polusi penambangan berupa asap yang
mengandung asam akan menyebabkan terjadinya hujan asam yang akan mencemari air.
·
PT Inco merubah bentang sungai Larona
yang dahulu indah menjadi PLTA untuk menyuplai listrik ke pabrik peleburan
nikel di Sorowako. Pembangunan PLTA Larona ini telah menggenangi mesjid, rumah,
sawah dan kebun-kebun penduduk yang tinggal di sekitar Danau Towuti. PLTA
tersebut juga mengurangi sumber makanan lokal, karena mencegah proses migrasi
sejenis belut lokal, sehingga populasi mereka turun sangat drastis. Pembangunan
PLTA Larona kedua menyebabkan peningkatan debit air sungai Larona secara
drastis dan mengakibatkan kampung-kampung di sekitarnya dilanda banjir.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel ini, bisa kita lihat dan
simpulkan bagaimana proses awal terbentuknya , kondisi geologi, tahap
eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan, dan pengolahannya, serta informasi
– informasi lainnya.
Manfaat dari bahan galian
Nikel ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para pengusaha –
pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang bahan galian Nikel.
Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel banyak hal yang harus kita ketahui,
salah satunya mengenai dampak lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan
proses penambangan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Walaupun nikel sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia, namun dalam proses penambangannya banyak menimbulkan dampak
negatif terhadap lahan/tanah dan air. Seperti rusaknya lahan dan tanaman
masyarakat, turunnya hujan asam, lahan menjadi berlubang dan tandus, terjadi
penebangan liar, pencemaran air akibat penmbuangan limbang ke sungai,
meningkatnya debit air sungai akibat proses penambangan, dan sebagainya.
Oleh
sebab itu perlu penanganan serius dalam melakukan penambangan agar tidak
menimbulkan banyak kerugian khususnya bagi warga yang bermukim di sekitar area
penambangan.
5.2
Saran
Nikel
merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah di Indonesia karena faktor
geologis dimana banyak daerah daerah di Indonesia mempunyai cadangan nikel yang
melimpah, seharusnya ini merupakan peluang Indonesia dalam mengolah dan
memanfaatkan nikel ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar