Jumat, 16 April 2021

TEKNIK PENGGUNAAN SSA

 

Spektrofotometri Serapan Atom

 

1.       Teori Spektrofotometri Serapan Atom

Prinsip dasar  Spektrofotometri serapan atom adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel.Cara kerja Spektrofotometri Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).

 Jika radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu atom, maka akan terjadi eksitasi elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Maka setiap panjang gelombang memiliki energi yang spesifik untuk dapat tereksitasi ke tingkat yang lebih tingggi. Besarnya energi dari tiap panjang gelombang dapat dihitung dengan menggunakan  persamaan  :

E = h .                                             

Dimana E = Energi (Joule)

                  h = Tetapan Planck ( 6,63 . 10 -34 J.s)

                 C = Kecepatan Cahaya ( 3. 10 8 m/s), dan

  = Panjang gelombang (nm)

Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala.  Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer, yaitu absorbansi berbanding lurus dengan panjang nyala yang dilalui sinar dan konsentrasi uap atom dalam nyala.  Kedua variabel ini sulit untuk ditentukan tetapi panjang nyala dapat dibuat konstan sehingga absorbansi hanya berbanding langsung dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Teknik-teknik analisisnya yaitu kurva kalibrasi, standar tunggal dan kurva adisi standar (Anonim, 2003).

Aspek kuantitatif dari metode spektrofotometri diterangkan oleh hukum Lambert-Beer, yaitu:

 

A = ε . b . c atau A = a . b . c         

Dimana :

A = Absorbansi

ε  = Absorptivitas molar (mol/L)

a = Absorptivitas (gr/L)

b = Tebal nyala    (nm)

c = Konsentrasi    (ppm)

Absorpsivitas molar (ε) dan absorpsivitas (a) adalah suatu konstanta dan nilainya spesifik untuk jenis zat dan panjang gelombang tertentu, sedangkan tebal media (sel) dalam prakteknya tetap.  Dengan demikian absorbansi suatu spesies akan merupakan fungsi linier dari konsentrasi, sehingga dengan mengukur absorbansi suatu spesies konsentrasinya dapat ditentukan dengan membandingkannya dengan konsentrasi larutan standar.

3.5.2          Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom

Komponen-komponen Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)

1.       Sumber Sinar

Sumber radiasi SSA adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran dengan SSA kita harus menggunakan Hallow Cathode Lamp khusus misalnya akan menentukan konsentrasi tembaga dari suatu cuplikan.  Maka kita harus menggunakan Hallow Cathode khusus.  Hallow Cathode akan memancarkan energi radiasi yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom.

 Hallow Cathode Lamp terdiri dari katoda cekung yang silindris yang terbuat dari unsur yang sama dengan yang akan dianalisis dan anoda yang terbuat dari tungsten.  Dengan pemberian tegangan pada arus tertentu, logam mulai memijar dan dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan dengan pemercikan.  Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada panjang gelombang tertentu (Khopkar, 1990).

2.       Sumber atomisasi

Sumber atomisasi dibagi menjadi dua yaitu sistem nyala dan sistem tanpa nyala.  Kebanyakan instrumen sumber atomisasinya adalah nyala dan sampel diintroduksikan dalam bentuk larutan.  Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol.  Aerosol biasa dihasilkan oleh nebulizer (pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).  Jenis nyala yang digunakan secara luas untuk pengukuran analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida-asetilen.

1. Nyala udara asetilen

Biasanya menjadi pilihan untuk analisis mengunakan SSA. Temperatur nyalanya yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan.

2. Nitrous oksida-asetilen

 Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan karena temperatur nyala yang dihasilkan relatif tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V, dan W.

Prinsip dari SSA, larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar ( ground state ). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorbsi oleh atom dalam nyala.

3.   Monokromator

Monokromator merupakan alat yang berfungsi untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan dari spektrum radiasi lain yang dihasilkan oleh Hallow Cathode Lamp

4.   Detektor

Detektor merupakan alat yang mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, yang memberikan suatu isyarat listrik berhubungan dengan daya radiasi yang diserap oleh permukaan yang peka.

5.  Sistem pengolah

Sistem pengolah berfungsi untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data dalam sistem pembacaan.

6.       Sistem pembacaan

Sistem pembacaan merupakan bagian yang menampilkan suatu angka atau gambar yang dapat dibaca oleh mata.

3.5.3          Optimasi peralatan Spektrofotometri Serapan Atom

                Pada peralatan optimasi Spektrofotometri Serapan Atom agar memberikan wacana dan sejauh mana sensitivitas dan batas deteksi alat terhadap sampel yang akan dianalisis, optimasi pada peralatan SSA meliputi:

·         Pemilihan persen (%) pada transmisi

·         Lebar celah (slith width)

·         Kedudukan lampu terhadap focus slit

·         Kemampuan arus lampu Hallow Cathode

·         Kedudukan panjang gelombang (λ)

·         Set monokromator untuk memberikan sinyal maksimum

·         Pemilihan nyala udara tekanan asetilen

·         Kedudukan burner agar memberikan absorbansi maksimum

·         Kedudukan atas kecepatan udara tekan

·         Kedudukan atas kecepatan asetilen. 

Tabel 2. Kondisi SSA untuk analisis logam Sn,Zn, dan Pb (Rohman, 2007)

Logam

Panjang gelombang (nm)

Tipe nyala

Kisaran kerja (µg/L)

Batas Deteksi (µg/L)

Sn

224,6

UH

15-60

0,03

Zn

213,9

UA

0,4-1,6

0,001

Pb

217

UA

5-20

0,015

Keterangan : UA = Udara-asetilen                           UH = Udara-Hidrogen

 

Teknik-teknik analisis

Dalam analisa secara spektrometri teknik yang biasa dipergunakan antara lain:

1.       Metode kurva kalibrasi

Dalam metode kurva kalibrasi ini, dibuat seri larutan standard dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan SSA.  Selanjutnya membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope = ε. B atau slope = a.b, konsentrasi larutan sampel diukur dan diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau di masukkan ke dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi

2.       Metode standar tunggal

Metode ini sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya (Cstd).  Selanjutnya absorbsi larutan standard (Astd) dan absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan spektrofotometri.

Dari hukum Beer diperoleh:

Astd = ε. B. Cstd                                            Asmp = ε. B. Csmp

ε. B = Astd/Cstd                                            ε. B = Asmp/Csmp

Sehingga:

Astd/Cstd = Asmp/Csmp                 Csmp = (Asmp/Astd).Cstd

Dengan mengukur absorbansi larutan sampel dan standard, konsentrasi larutan sampel dapat dihitung.

3.       Metode adisi standard

Metode ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan standard.  Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar.  Satu larutan diencerkan sampai volume tertentu, kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standard, sedangkan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan sejumlah tertentu larutan standard dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.  Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:

Ax = k.Cx;                                                      AT = k(Cs+Cx)      

Keterangan,

Cx = konsentrasi zat sampel

C= konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampel

Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)

AT = Absorbansi zat sampel + zat standar

Jika kedua persamaan di atas digabung, akan diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(AT-Ax)}              

Konsentrasi zat dalam sampel (Cx)dapat dihitung dengan mengukur Ax dan ATdengan spektrofotometer.  Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0, sehingga diperoleh:

Cx = Cs x {Ax/(0-Ax)} ; Cx = Cs x (Ax/-Ax)     

                        

Gangguan dalam Spektrofotometri Serapan Atom

                Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu dan menyebabkan gangguan pada penetapan konsentrasi unsur.

1.       Gangguan akibat pembentukan senyawa refraktori

Gangguan ini dapat diakibatkan oleh reaksi antara analit dengan senyawa kimia, biasanya anion, yang ada dalam larutan sampel sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory).  Sebagai contoh fospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan pirofospat (Ca2P2O7).  Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom kalsium dalam nyala menjadi berkurang.  Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan stronsium klorida atau lanthanum nitrat ke dalam larutan.  Kedua logam ini mudah bereaksi dengan fospat dibanding dengan kalsium sehingga reaksi antara kalsium dengan fospat dapat dicegah atau diminimalkan.  Gangguan ini dapat juga dihindari dengan menambahkan EDTA berlebih.

 

Alat dan Bahan

 Alat-alat yang digunakan

1.Seperangkat instrumen Spektroskopi Serapan Atom merk Perkin-Elmer 5100 PC untuk analisis logam Pb dan Zn

2.Seperangkat instrumen Spektroskopi Serapan Atom merk Perkin- Elmer 3110 untuk analisis logam Sn

3. Peralatan gelas Laboratorium

4. Neraca analitik

5. Hot Plate stirer Heildolph MR 3001

6. Kertas Saring Whatman no 42

 Bahan-bahan yang digunakan

1. Larutan standar Sn

2. Larutan standar Zn

3. Larutan standar Pb

4. Larutan HNO3 65%

5. Sampel :

6. Aquabides.

Cara Penelitian

 Pembuatan Larutan

Pembuatan Larutan Standar Sn

Larutan Standar Sn induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol. Larutan Sn 100 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Sn 10,0 mg/L; 20,0 mg/L;  30,0 mg/L; 40,0 mg/L dan 50,0 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL dan 5mL larutan baku 100 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.

Pembuatan Larutan Standar Zn

Larutan Standar Zn induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol. Larutan Zn 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Zn 0,2 mg/L; 0,4 mg/L;  0,6 mg/L; 0,8 mg/L dan 1 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL dan 1mL larutan baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.

Pembuatan Larutan Standar Pb

Larutan Standar Pb induk 1000 mg/L dibuat dari larutan dengan merek dagang spektrosol. Larutan Pb 10 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,1 mL larutan baku 1000 mg/L ke dalam labu ukur 10 ml kemudian diencerkan sampai batas. Larutan standar Pb 0,5 mg/L; 1,0 mg/L;  2,0 mg/L; 3,0 mg/L dan 4,0 mg/L dibuat dengan cara memindahkan 0,5 mL; 1 mL; 2 mL; 3 mL dan 4 mL larutan baku 10 mg/L ke dalam labu ukur 10 mL kemudian diencerkan sampai batas.

Dari grafik Kurva Standar terdapat hubungan antara Konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) maka nilai yang dapat diketahui adalah nilai Slope dan Intersep, Kemudian nilai Konsentrasi sampel dapat diketahui dengan memasukkan ke dalam persamaan regresi linear dengan menggunakan hukum Lambert-Beer yaitu:

   Y = Bx + A

Dimana : Y           = Absorbansi Sampel                                      B = Slope

            X         = Konsentrasi sampel                                     A = Intersep

Dari perhitungan regresi linear, maka dapat diketahui persentase dari sampel dengan menggunakan rumus :

C Sebenarnya = 

Kondisi Pengukuran Alat Spektroskopi Serapan Atom

Untuk Logam Sn

Pengukuran konsentrasi 1,0 ppm Sn larutan diukur pada :

1. Panjang gelombang pada 224,6nm

2. Laju alir asetilen pada 4,0 L/menit

3. Laju alir udara pada 6,0 L/menit

4. Lebar celah pada 0,2 nm

5. Kuat arus HCL 15,0 µA

6. Tinggi burner  4,0 mm

Untuk Logam Zn

Pengukuran konsentrasi 1,0 ppm Zn larutan diukur pada :

1. Panjang gelombang pada 213,9  nm

2. Laju alir asetilen pada 2,0 L/menit

3. Laju alir udara pada 10,0 L/menit

4. Lebar celah pada 0,7 nm

5. Kuat arus HCL  10,0   µA

6. Tinggi burner  2,0   mm.

Untuk Logam Pb

Pengukuran konsentrasi 1,0 ppm Pb larutan diukur pada :

1. Panjang gelombang pada  283,3  nm

2. Laju alir asetilen pada 2,0 L/menit

3. Laju alir udara pada 10,0 L/menit

4. Lebar celah pada 0,7 nm.

5. Kuat arus HCL  10,0   µA

6. Tinggi burner  2,0   mm

Spektrofotometer AAS

Disini berlaku hubungan yang dikenal dengan hukum Lambert-Beer yang menjadi dasar dalam analisis kuantitatif secara SSA. Hubungan tersebut dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut (Ristina, 2006).

I = Io . a.b.c

Atau,

Log I/Io = a.b.c

A = a.b.c

dengan,

A = absorbansi, tanpa dimensi

a = koefisien serapan, L2/M

b = panjang jejak sinar dalam medium berisi atom penyerap, L

c   = konsentrasi, M/L3

Io = intensitas sinar mula-mula

I   = intensitas sinar yang diteruskan

b.      Tabung gas

Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu ± 20000 K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu ± 30000 K. Regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Gas ini merupakan bahan bakar dalam Spektrofotometri Serapan Atom

c.       Burner

Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan lobang pemantik api.

g.      Ducting

Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada spektrofotometry serapan atom (AAS), diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar asap yang dihasilkan tidak berbahaya.

1.     Kompresor

Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner. Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi tertutup

 

 

1.     C.    Alat dan Bahan

Alat

Bahan

·         Pipet tetes

·         Corong kaca

·         Botol semprot

·         Labu takar 100 mL, 250 mL

·         Gelas ukur

·         Pipet ukur

·         Pipet gondok

·         Batang pengaduk

·         Gelas kimia 50 mL, 100 mL

·         Spektrofotmetri serapan atom

 

·         Serbuk cat

·         HNO3 pekat

·         Aquadest

·         Larutan Pb (NO3)2 1000 ppm

 

1.     D.    Langkah Kerja

 

I.            Prosedur Kerja

ü  Pembuatan larutan standar Pb dengan konsentrasi 2.4779 ppm, 4.9559 ppm, 9.9119 ppm, 14.8679 ppm, dan 19.8239 ppm  .

ü  Memipet  10 mL larutan standar 1000 ppm kedalam labu ukur 100 mL

ü  Mengencerkannya dengan aquadest dan tanda bataskan

ü  Membuat larutan standar dengan variasi konsentrasi yaitu 2.4779 ppm, 4.9559 ppm, 9.9119 ppm, 14.8679 ppm, dan 19.8239 ppm  dengan cara memipet dari larutan induk 100 ppm masing-masing 0.25, 0.5, 1, 1.5 dan 2  mL ke dalam labu ukur 100 mL.

ü  Mengencerkannya  dengan aquadest dan tanda bataskan.

·         Pengukuran larutan standar dan larutan sampel dengan alat AAS

ü  Pertama-tama membuka gas terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.

ü  Program AAS dibuka pada komputer, kemudian melakukan setup pada program AAS.

ü  Kemudian memasukkan larutan blanko, mendiamkannya hingga nyala stabil , kemudian pengukuran dilanjutkan dengan mengukur  deret standar (dari deret yang paling rendah konsentrasinya) dengan urutan 2.4779 ppm, 4.9559 ppm, 9.9119 ppm, 14.8679 ppm, dan 19.8239 ppm. Setiap pergantian pengukuran larutan standar dilakukan pengukuran blanko.

ü  Selanjutnya melakukan pengukuran sampel air kran.

ü  Kemudian memasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel cat dengan pengenceran 10x

ü  Kemudian memasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel cat pekat (tanpa pengenceran)

ü  Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.

ü  Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit aas, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

1.     E.     Data Pengamatan

No

Gambar

Keterangan

1

Larutan Pb(NO3)991.98 ppm yang dibuat dengan menimbang 0.3963 gr PbSOyang kemudian diencerkan dengan menggunakan aquadest sampai 250 mL

2

Larutan standart dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu 2,5 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm dan 20 ppm, yang dibuat dari pengenceran Pb(NO3)1000 ppm sampai 100 mL

3

Sampel serbuk cat

4

Serbuk cat diencerkan dengan menggunakan HNO3 pekat dan aquadest

5

Proses penyaringan sampel cat yang telah diencerkan dengan menggunakan HNO3 pekat

6

Sampel cat hasil penyaringan (sampel cat tanpa pengenceran)

 

Pengukuran absorbansi deret standar dan sampel

Standar

Konsentrasi (ppm)

Absorbansi

Table Blanko

0.000

-0.0041

Standar 1

2.4779

0.0271

Standar 2

4.9559

0.0483

Standar 3

9.9119

0.1104

Standar 4

14.8679

0.1514

Standar 5

19.8239

0.2011

Sampel air ledeng

0.0069

Sampel cat dengan pengenceran 10x

0.0239

Sampel cat tanpa pengenceran

0.0775

Kurva kalibrasi

Perhitungan

1.     1.      Pembuatan larutan Pb(NO3)2

=Pb(NO3) x 1000 ppm

Pb

331.21 x 1000 ppm

207.1

= 1598.6 mg/l (dalam 1 liter)

= 399.6 mg/l  (dalam 250 ml)

= 0.3996 g/l

Yang di timbang 0.3963 g dalam 250 ml, konsentrasi Pb(NO3)2sebenarnya :

0.3963 g/l x 4 = 1.5852 g/l = 1585.2 mg/l  (dalam 1 liter)

Pb(NO3) x C = 1585.2 mg/l

Pb

331.21 x C        = 1585.2 mg/l

207.1

C     = 1585.2 mg/l x 207.1

331.21

                 C      = 991.1980 ppm

 

1.     2.      Pembuatan Larutan Deret Standar

Untuk 0.25 ml Pb2+,    [Pb2+] =

Untuk 0.50 ml Pb2+,    [Pb2+] =

Untuk 1.00 ml Pb2+,    [Pb2+] =

Untuk 1.50 ml Pb2+,    [Pb2+] =

Untuk 2.00 ml Pb2+,    [Pb2+] =

 

1.     3.      Perhitungan konsentrasi Pb dalam sampel

Catatan:  µg/mL = mg/L = ppm

Persamaan linearitas : y = 0.0103x – 0.0003

dimana:

y = absorbansi

x = konsentrasi larutan

Sampel air keran

Y         = 0.0103x – 0.0003

X         = ( y + 0.0003 ) / 0.0103

= ( 0.0069 + 0.0003 ) / 0.0103

= 0.6990 ppm

Sampel cat dengan pengenceran

Y         = 0.0103x – 0.0003

X         = ( y + 0.0003 ) / 0.0103

= ( 0.0239 + 0.0003 ) / 0.0103

= 2.3495 ppm

Sampel cat pekat

Y         = 0.0103x – 0.0003

X         = ( y + 0.0003 ) / 0.0103

= ( 0.0775 +0.0003 ) / 0.0103

= 7.5533 ppm

Hasil pengukuran AAS

Sampel

Konsentrasi

Air keran

0.673 ppm

Cat pengenceran

1.163 ppm

Cat pekat

7.610 ppm

 

Dan dari 2.000 gram sampel tanah didapat bahwa kadar Pb sebesar 7.610 mikrogr/ml

Berat Pb dalam cat    = Kadar Pb x Volume sampel

=  = 228.3 mikrogram

= 0.2283 gram.

Kadar Pb dalam cat  =  Berat Pb dalam sampel/ Berat sampel keseluruhan x 100%

= 0.2283/2 x 100%

= 11.415 %  kadar Pb dalam cat

 

2.5 Cara kerja spektrofotometer serapan atom 

 

Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.

a.        

b.       Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika tidak No.

c.        Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup, kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.

d.       Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.

e.        Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang diinginkan

f.        Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.

g.        Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.

h.       Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.

i.         Pada menu measurements pilih measure sample.

j.         Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.

k.       Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.

l.         Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.

m.     Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan pengukuran.

n.       Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.

o.       Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklikicon print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.

p.       Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.

 

 

 

Tidak ada komentar:

ANALISA KADAR CaO DALAM BIJIH NIKEL

1.       Pereaksi o         Larutan TEA   ( 1 : 1 ) o         Larutan   NaOH 25 % o         250 gram NaOH dilarutkan   dengan air su...