Sabtu, 17 April 2021

ANALISA KADAR CaO DALAM BIJIH NIKEL


1.      Pereaksi

o        Larutan TEA  ( 1 : 1 )

o        Larutan  NaOH 25 %

o        250 gram NaOH dilarutkan  dengan air suling hingga 1 liter.

o        Indikator Calcon

o        Larutan KCN 10 %

o        100 gram KCN dilarutkan dengan air suling  hingga 1 liter

o        Larutan standar EDTA 0.01 M

o         3.7224 gram EDTA di larutkan dengan air suling hingga 1 liter

 

2.      Alat-alat

-      Pipet volume 25 ml                         - Gelas piala 250 ml

-      Erlenmeyer 250 ml                          - Gelas ukur 25 ml

-      Buret asam 50 ml                            - Labu Ukur 250 ml

-      Labu semprot                                  - Standar Burret

 

3.      Cara kerja

o   Filtrat dari penempatan  SiO2  dihimpitkan  hingga  tanda  garis  pada  labu ukur 250 ml.

o   Pipet 250 ml ke dalam erlenmeyer 250 ml.

o   Tambahkan 10 ml TEA ( 1 : 1 ), 10 ml larutan NaOH 25 % dan 10 ml KCN 10% lalu tambahkan 0.01 gram indikator Calcon

o   Titrasi dengan larutan standar EDTA 0.01 M hingga terjadi perubahan warna dari ungu ke biru laut.


 

 

4.      Perhitungan

 

         Fp x M x V x 56.08

                                                            % CaO = ------------------------------- x 100 %

                                                                                              W

 

         Dimana :

                    

                     Fp       = faktor pengenceran

                      M       = Molaritas EDTA 0.01 M

                      V        = Volume penitaran (mg)

                      W       = Berat Contoh

56.08      = BM CaO

 

 

 

Catatan :

Penentuan kemolaran larutan standar EDTA 0.01 M dengan larutan standar Zn 0.01 M

1.      Pembuatan larutan standar Zn 0.01 M

ü  Timbang 0.6537 gram standar Zn ke dalam gelas piala 250 ml

ü  Tambahkan 20 ml HCl (p), larutkan di atas hot plate  pada suhu 300 o C hingga volume lebih kurang 5 ml

ü  Dinginkan, kemudian masukkan ke dalam labu ukur 1 liter  himpitkan hingga garis.

ü  Kocok hingga homogen

2.      Penentuan kemolaran larutan standar EDTA 0.01 M dengan standar  Zn 0.01 M

ü  Pipet 5 ml larutan standar Zn 0.01 M ke dalam erlenmeyer 300 ml

ü  Tambahkan 10 ml larutan buffer PH 10 dan encerkan dengan air suling hingga volume lebih kurang  100 ml.

ü  Tambahakan 0.01 gram indikator Calcon dan titrasi dengan larutan standar EDTA 0.01 M hingga terjadi perubahan warna dari ungu ke biru laut.

 

3.      Perhitungan

  

                                                    V1 x  W

                                       M  =   --------------

                                                    V2  x  65.37

 

   Dimana :

   M        =  Molaritas larutan standar EDTA 0.01 M

   V1       =  ml larutan standar Zn 0.01 M

                        V2       =  ml larutan EDTA

                        W        =  Berat standar Zn 0.01 M (gram)

65.37   = BM Zn

 

 

 

 

ANALISA KADAR Fe DALAM BIJIH NIKEL

 Pereaksi

1.      Larutan HCl ( 1: 1 )

x ml HCl : x ml H2O

2.      Larutan SnCl2 10 %

10 gram SnCl2.2H2O dilarutkan dengan 20 ml HCl (p) dan diencerkan dengan air suling    hingga 100 ml.

3.      Larutan HgCl2 5 %.

Timbang 50 gram HgCl2 ke dalam gelas piala 250 ml tambahkan sedikit demi sedikit HCl       ( 1 : 1 )  sampai larut dan encerkan dengan air suling hingga 1 liter.

4.      Larutan Mixed Acid.

3 ml H2SO4 (p)  :  3 ml H3PO4 (p)  :  14 ml H2O

5.      Indikator Ba-Diphenylamine Sulphonate 0,2 %.

0,2 gram Ba-Diphenylamine Sulphonate dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml.

6.      Larutan standar K2Cr2O7 0,05 N.

Timbang 2,452 gram K2Cr2O7 masukkan ke dalam labu ukur 1 liter dan himpitkan hingga tanda garis lalu kocok hingga homogen.

 

Alat – alat.

- Labu ukur 250 ml                                         - Labu semprot

- Erlenmeyer 250 ml                                        - Gelas piala 250 ml

- Standar buret                                                            - Buret asam 50 ml

- Gelas ukur 25 ml                                           - Pipet volume 25 ml

Cara kerja.

 

1.      Filtrat dari penetapan SiO2 dihimpitkan hingga tanda garis pada labu ukur 250 ml. Pipet 25 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml,tambahkan 10 ml HCl ( 1 : 1 ) panaskan hingga hampir mendidih tambahkan setetes demi setetes  SnCl2 10 % hingga tak berwarna, dinginkan. Tambahkan 10 ml HgCl2 5 % dan 20 ml Mixed Acid, dan 2 s/d 5 tetes indicator Ba-Diphenylamine Sulphonate 0,2 %. Titrasi dengan larutan standar  K2Cr2O7 0,05 N sampai warna larutan menjadi ungu ( titik akhir ) 

Perhitungan.

 

                                    fp x V x F

                        % Fe = ------------------ x 100 %

                                               W

 

 

            Dimana :

                                    Fp       = faktor pengenceran

                                             = Volume penitaran

                                    F           =  faktor K2Cr2O7 0.05 N dengan Larutan standar Fe 1 mg/ml.

                                    W         = Berat contoh (mg)


 

 

CATATAN

 Penentuan faktor Larutan standar K2Cr2O7 0.05 N dengan larutan standar Fe 1 mg/ml.           

1.       Pembuatan larutan standar Fe  1 mg/ml

·        Timbang 1.0000 gram standar Fe ke dalam gelas piala 250 ml.

·    Tambahkan 20 ml HNO3 (p), larutkan di atas hot plate pada suhu 300 ºC hingga volume                           lebih kurang 10 ml, dinginkan.

·        Masukkan ke dalam labu ukur 1 liter dan himpitkan hingga tanda garis

·        Kocok hingga homogen.

2.       Penentuan faktor larutan standar K2Cr2O7 0.05 N dengan larutan standar Fe mg/ml

·        Pipet 25 ml larutan standar Fe mg/ml ke dalam erlenmeyer 300 ml

·        Tambahkan 10 ml larutan HCl ( 1 : 1 ) panaskan hingga hampir mendidih , tambahkan setetes demi setetes SnCl2 10 % hingga tak berwarna, dinginkan

·        Tambahkan 10 ml HgCl2 5% dan 20 ml mixed acid dan 2 s/d 5 tetes indicator Ba-Diphenalamine sulfonat 0.2%

·        Titrasi dengan larutan standar K2Cr2O7 0.05 N sampai larutan berwarna ungu (titik terakhir)

3.        Perhitungan

 

                       V1 x W

             F  =   ----------

                                  V2

                       

              Dimana :

                         F         =  faktor larutan standar K2Cr2O7  0.05 N dengan larutan standar Fe 1 mg/ml

                         V1      = Volume larutan standar Fe 1 mg/ml (ml)

                         V2      = Volume larutan standar K2Cr2O7    0.05 N (ml)

                         W       = Berat standar Fe 1 Mg/ml. (mg)

 


Jumat, 16 April 2021

PENGERTIAN SPEKTROFOTOMETRI DAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM


Pengertian Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan padapengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada panjang gelombang tertentu.

Spektrofotometri serapan Atom adalah  merupakan alat yang digunakan unntuk analisis penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang didasarkan pada penyerapan atom bebas.

AAS umumnya digunakan untuk menganalisis unsur, spektrofotometer absorpsi atom jugadikenal sistem single beam dan double beam layaknya UV-VIS

Teknik ini dikenalkan oleh ahli kimia pada tahun 1955 oleh alan walsh dan alkemade dan  milliatz di belanda komersialisasi pertama kali dilakukan tahun1959 dan banyak sekali yang menggunakannya. Permasalahan yang terjadi sebelum tahun tersebut adlah sifatatommenciptakan garis absorpsi yang sangat langka.

Prinsip Dasar

Spektrofotometri Serapan Atom digunakan untuk menganalisis konsentrasianalit dalam sampel. Elektron pada atom akan tereksitasipada orbital yang tinggi dalam waktu yang singkat dengan menyerap energi. Secara umum setiap panjang gelombangakan bereaksi pada satu jenis elemen sehingga inilah yang menjadi kelemhan penggunaan alat ini. Selisih nilai absorbansi blanko ( tanpa sampel yang ditargetkan) dibandingkan dengan sampel uji merupakan nilai konsentrasi zattarget yang diinginkan. Ketika nilai konsentrasi sudah diketahui, maka dapat diketahui satuan massa yang lain. Dalam pengukurannya dibutuhkan sebuah kurva standar yang elemennya adalah konsentrasi analit dibandingkan dengan nilai absorbansi (serapan). Kurva standar dibuat menggunakan larutan yang telah diketahui konsentrasi zat yang ingin diuji dengan berbagai perbedaan konsentrasi.

Teori Atom Bohr
Pada tahun 1913 Niehls Bohr mengajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Pada suhu biasa elektron-elektron didalam atom beredar mengelilingi inti atom dengan energi yang paling rendah tanpa memancarkan atau menyerap energi. Elektron dalam keadaan stasioner (keadaan dasar/ground state)
2. Bila atom menyerap sejumlah energi dari luar (panas, cahaya) elektron-elektron akan meloncat ketingkat energi yang lebih tinggi, atau yang berada pada jarak yang lebih jauh dari inti. Elektron dalam keadaan tereksitasi (atomnya disebut atom tereksitasi) yang sifatnya sementara.
3. Bila sebuah elektron berpindah ke suatu tingkat energi yang lebih rendah akan dibebaskan sejumlah energi
4. Tingkat-tingkat energi yang dapat ditempati elektron dalam suatu atom banyak sekali, perbedaan antara tingkat-tingkat energi makin kecil bila makin jauh dari inti atom
5. Elektron-elektron tidak dapat berada pada tempet-tempat diantara dua tingkat energi dan hanya dapat meloncat dari satu tingkat ketingkat energi lainnya
6. Makin jauh elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi ketingkat energi yang lebih rendah makin tinggi energi sinar yang dipancarkan dan makin besar pembiasan yang dialami sinar dalam prisma.

Menurut Bohr elektron-elektron suatu atom bergerak pada jarak tertentu mengelilingi intinya dan mempunyai lintasan atau orbit tertentu seperti planet dalam susunan tata surya. Setiap atom suatu unsur mempunyai konfigurasi yang spesifik, energi eksitasinya pun spesifik, sehingga sinar emisi setiap unsur spesifik. Menurut teori atom yang terbaru yaitu teori kuantum, dikatakan bahwa setiap kulit elektron terdiri dari beberapa subkulit (s, p, d dan f) sesuai dengan nomor kulitnya.

Elektron valensi atau elektron terluar memegang peranan dalam SSA, elektron ini dapat mengabsorpsi energi cahaya.
Ada dua sifat khas dari absorpsi ini yang menjadi keunggulan dari SSA:
1. Panjang gelombang (λ) cahaya yang diabsorp atom bebas suatu unsur sama dengan λ cahaya emisi atom unsur tersebut. Sifat ini yang memberikan selektifitas yang tinggi, sehingga dengan SSA kita dapat melakukan penentuan kadar suatu ion logam tanpa melakukan pemisahan, walaupun banyak kation lain.
2. Jumlah atom yang tereksitasi oleh energi cahaya yang jauh lebih banyak dari energi panas. Sifat ini yang menyebabkan sensitifitas yang tinggi, sehingga dengan SSA kita dapat menetapkan dalam ppm bahkan ppb.

Komponen SSA

1.     Suplai daya

2.     Tabung katoda

berongga, yang direkomendasikan oleh Walsh, berisikan sebuah anoda yang terbuat dari tungsten dan katoda silindiris yang berongga; tabung berisi gas inert seperti neon dan argon pada tekanan rendah (1-5 torr). Atom-atom gas diionisasi dan bergerak cepat menuju katoda negatif, di mana tabrakan dengan permukaan yang akan melepaskan atom-atom logam katoda. Fenomena ini disebut desisan (sputtering). Atom logam yang terpercik akan mengalami eksitasi; kemudian, dalam dalam daerah lain yang lebih dingin, mereka akan memancarkan spektrum garis yang tampak seperti pijaran.

3       Pencacah,

yang diletakkan antara sumber cahaya dan pembakar. Alat ini digunakan untuk modulasi cahaya yang keluar dari tabung katoda berongga. Alat ini akan berputar dengan kecepatan konstan sehingga cahaya akan mencapai pembakar dari intesnitas nol hingga maksimum dan kembali ke nol.

4       pembakar.

 Dalam ruang pembakar terdapat atomizer. Untuk menganalisis serapan atom, sampel harus diatomisasi. Atomizer yang umumnya dipakai adalah pijaran api dan elektrotermal (tabung grafit). Penggunaan pijaran api merupakan teknik yang paling kuno dengan membakar campuran gas. Umumnya gas yang dibakar adalah hidrogen dan oksigen yang akan menghasilkan panas mencapai 2700 °C. Sampel cairan disemprot menuju bara api menggunakan pengkabut (nebulizer), sehingga akan menjadi berbentuk aerosol mirip seperti penyemprot parfum. Gas yang digunakan untuk membakar juga dialirkan dalam ruang pembakar, sehingga harus diperhatikan laju perambatan nyala dan laju aliran gas ke dalam ruangan. Jika laju perambatan nyala lebih besar dari laju aliran gas, maka akan terjadi sebuah ledakan. Penggunaan pijaran api memiliki keunggulan yaitu tetes halus aerosol yang lebih seragam, tetapi kelemahannya adalah 80-90% sampel diarahkan ke saluran pembuangan, sehingga kurang efisien dalam penggunaan jumlah sampel. Penggunaan grafit kadang-kadang lebih unggul bila dituntut untuk kepekaan yang lebih tinggi. Beberapa mikroliter sampel ditaruh pada batang grafit atau dalam lekukan suatu krus grafi yang kecil, lalu dialiran arus melalui alat pencuplikan sampel. Suhu dapat dinaikkan dengan sangat cepat yaitu 2000-3000 °C, maka terbentuk awan dari uap atom dalam beberapa detik. Uap itu dimasukkan ke dalam aliran gas lebam seperti argon untuk mencegah proses oksidasi dari bahan atomizer itu sendiri dan menggerakan sampel secepatnya melewati atomizer sehingga tidak mengkontaminasi dinding.

5       Monokromator.

Berfungsi untuk menyeleksi sinar pada panjang gelombang tertentu yang dapat melewati sampel yang berasal dari tabung katoda. Monokromator diletakan pada antara pembakar dan detektor.

6       Detektor.

Detektor yang berguna untuk mengubah kekuatan cahaya menjadi sinyal elektrik, dapat berupa tabung pengganda foton (photomultiplier tube) karena garis-garis yang ditangani tergolong dalam sinar UV-tampak.

7       Penguat sinyal.

8       Komputer untuk memvisualisasi dan mengolah data.

Gangguan Pada SSA

Gangguan didefinisikan sebagai suatu pengaruh dari komponen matriks pada hasil analisis. Gangguan menyebabkan perbedaan kelakuan pada sampel dan larutan kalibrasi.
Gangguan dapat dibagi menjadi dua golongan: gangguan spektra dan gangguan nonspektra.

1.     Gangguan Spektra (Spectral Interference), menyebabkan kenaikan absorpsi

a. Spektra Latar Belakang (Background Spectral)
Disebabkan oleh penghamburan partikel dalam atomisasi atau absorpsi molekuler, antara lain disebabkan oleh sulitnya pemecahan oksida, hidroksida atau halida. Dapat ditanggulangi menggunakan lampu D2.
Band pass width dari atom-atom logam hanya akan menyebabkan sedikit sekali cahaya dalam spektrum kontinu dari lampu D2 yang akan diabsorp oleh atom. Sebaliknya, spesi penyebab gangguan yang masih merupakan molekul akan memiliki kemampuan yang baik dalam mengabsorp cahaya dari lampu D2 yang dialirkan terputus-putus.
dalam keadaan tanpa cahaya yang berasal dari lampu D2 baik atom maupun spesi pengganggu akan sama-sama menyerap energi yang berasal dari HCL dan dinyatakan sebagai Atomic Absorption (AA) dan BackGround Absorption (BG). Pada keadaan dilewatkan berkas cahaya D2, serapan hanya akan dilakukan oleh spesi pengganggu dan hanya memberikan respon berupa BackGround Absorption (BG).
Dengan demikian, untuk memperoleh nilai serapan yang sebenarnya tinggal dihitung AA+BG dari tahapan pertama, dikurangi BG dari tahapan kedua, menghasilkan
(AA + BG) – BG = AA

b. Adanya λ dari unsur lain yang sangat dekat dengan analit seperti berikut:
• Cd λ 288,802 nm diganggu As λ 288,812 nm
• Mg λ 285,213 nm diganggu Fe λ 285,179 nm
• Zn λ 213,856 nm diganggu Fe λ 213, 859 nm dan Cu λ 213,850 nm
Gangguan tersebut sulit dihilangkan, cara mengatasinya adalah dengan melakukan pengukuran pada λ lainnya, walaupun biasanya akan memberikan hasil yang kurang sensitif.

1.     Gangguan Nonspektra (Nonspectral interference) menyebabkan kenaikan atau penurunan absorpsi.

2.1 Gangguan Transportasi
Biasa juga disebut sebagai gangguan fisika, karena penyebab gangguan jenis ini adalah sifat-sifat fisika (tegangan permukaan, kekentalan dan berat jenis). Sifat ini mempengaruhi mulai dari proses pengisapan pada pipa kapiler, pembentukan aerosol dan pengalirannya ke dalam nyala.
Pelarut organik memberikan efek positif (hasil yang lebih besar) dikarenakan mempunyai berat jenis, tegangan permukaan dan kekentalan yang lebih rendah dibandingkan air. Tegangan permukaan yang lebih rendah akan membentuk butir aerosol yang lebih halus, sehingga lebih banyak yang masuk ke dalam flame. Garam anorganik, asam anorganik dan molekul organik makro (protein, gula) akan membentuk butir yang lebih besar sehingga bagian yang masuk ke dalam flame akan lebih sedikit, hal ini akan mengurangi sensitifitas dan menyebabkan efek negatif (hasil yang lebih kecil).

2.2 Gangguan ionisasi
Adanya atom dari unsur yang mudah terionisasi pada suhu flame, akan menyebabkan gangguan kesetimbangan pembentukan ion dan atom dari unsur yang sedang ditetapkan, terlebih bila kepekatan unsur pengganggu cukup besar, misalnya Na.
M M+ + e (contoh)
Na Na+ + e (pengganggu)
Elektron dari Na akan menggeser kesetimbangan pertama ke kiri. Dengan demikian jumlah atom yang terbentuk seolah lebih besar sehingga menyebabkan absorpsi cahaya akan naik dan terjadi kesalahan positif. Untuk menanggulanginya, digunakan larutan buffer radiasi misalnya larutan CsCl dan SrCl2.

2.3. Gangguan Emisi
Atom bebas dapat tereksitasi bila menyerap sejumlah energi baik energi cahaya maupun energi panas (flamefotometri), sehingga pada saat kembali ke keadaan dasar, akan melepaskan cahaya emisi. Karena λ cahaya emisi sama dengan λ cahaya yang ditransmisikan (dari HCL), gangguan jenis ini tidak dapat dihilangkan oleh monokromator. Untuk menanggulangi gangguan ini digunakan modulator.
Ada 2 jenis sistem modulasi:

a. Modulasi elektronik
Oleh modulator sinar dari HCL dibuat berkedip pada frekuensi tertentu, sehingga saat diterima detektor akan dihasilkan arus yang gambarnya seperti pada gambar 23a, yang identik dengan kurva arus bolak-balik. Sedangkan sinar emisi yang berasal dari flame, merupakan sinar kontinu sehingga bila diterima detektor akan dihasilkan kuat arus yang tetap seperti pada gambar 23b, yang identik dengan kurva arus searah. Dengan penyaringan menggunakan suatu alat, yang masuk ke dalam sistem pembacaan hanya berupa arus bolak balik (It), sedangkan arus searah (cahaya emisi) dihilangkan. Modulasi elektronik digunakan dalam SSA single beam (lihat gambar 10a).

b. Modulasi mekanik
Sistem modulasi mekanik terdapat pada SSA Double Beam (Gambar 10b). Oleh chopper, cahaya yang masuk ke dalam flame akan dibuat gelap terang (tertahan baling-baling). Dengan demikian cahaya transmisi (It) pun menjadi gelap terang. Saat diterima oleh detektor akan dihasilkan kurva arus bolak-balik. Sedangkan yang berasal dari cahaya emisi dihasilkan kurva arus searah. Yang diteruskan hanya It
.

Keuntungan metoda AAS adalah:

·        Spesifik

·        Batas (limit) deteksi rendah

·        Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur

·        Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat pengganggu)

·        Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.

·        Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga persen.

Aplikasi

Aplikasi yang menggunakan spektroskopi serapan atom ini telah banyak digunakan untuk:

 Menguji keberadaan logam besi dalam air

    Logam Fe2+ diuji menggunakan spektroskopi yang memakai grafit pada panjang gelombang 248,3 nm. Logam ini diperoleh dari fraksi air-metanol. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan larutan organik dapat menurunkan keakuratan analisis logam.

    Analisis kuantitatif metalloenzim terimobilisasi.

    Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur kadar enzim hidrogen peroksidase dengan mengintepretasi jumlah logam besi yang dikandung dari enzim tersebut. Imobilisasi enzim menggunakan kain karena teknik yang dilakukan yaitu adsorpsi, kovalen dan kovalen dengan tambahan ikatan seberang silang. Kain tersebut direndam dalam larutan asam sulfat, lalu cairan tersebut dioksidasi dengan tambahan enzim hidrogen peroksidase. Cairan tersebut lalu diukur menggunakan spektroskopi yang menggunakan pijaran api pada panjang gelombang 248,3 nm.

    Menguji logam vanadium di dalam tanah.

    Penelitian ini menggunakan spektroskopi yang memakai grafit.[6] Tanah yang ingin diuji direaksikan dengan berbagai asam anorganik yang merupakan proses digesti. Ketika didapatkan konsentratnya dalam asam klorida baru diencerkan dengan air dan dideteksi dengan spektroskopi.

    Menganalisis elemen kelumit (trace element) pada jaringan kelinci.

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa elemen kelumit (besi, tembaga, dan seng) pada jaringan kelinci yang memiliki pola makan tinggi kadar lemak. Hasil dari penelitian ini adalah logam besi ternyata mampu mempercepat proses aterosklerosis.

 

 

 

 

ANALISA KADAR CaO DALAM BIJIH NIKEL

1.       Pereaksi o         Larutan TEA   ( 1 : 1 ) o         Larutan   NaOH 25 % o         250 gram NaOH dilarutkan   dengan air su...