Permanagantometri :
Titrasi
redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak
jenisnya antara lain permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri,
iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Titrasi adalah salah
satu cara menentukan kadar senyawa yang terkandung dalam suatu sampel.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi
oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa
permanganat. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang paling baik untuk
menentukan kadar HCOOH yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam
menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4). Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak
sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana
asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau
besi dalam suatu sample. Pada pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk
pengikatan zat warna/ fikasasi pada proses pengecatan dasar. Pada laporan ini
akan dibahas mengenai cara pembuatan, standarisasi larutan KMnO4 0,1N dan
penentuan kadar HCOOH yang berguna pada proses penyamakan kulit.
Permanganometri
adalah teknik pengukuran penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi
reduksi dengan KMnO4, Kalium permanganate merupakan oksidator kuat dalam larutan
yang bersifat asam, netral dan basa. Permanganometri merupakan suatu penetapan
kadar atau reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium
Permanganat (KMnO4) dalam lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri
didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam
suasana asam, netral, dan alkalis, dimana kalium permanganate merupakan
oksidator yang kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi
dan oksidasi atau redoks. Kalium permangant inilah yang telah digunakan meluas
lebih dari 100 tahun.
Pada
umumnya titrasi menggunakan KMnO4 tidak memerlukan indicator karena 0,01
KMnO4 0,1N dalam 100 ml larutan telah memberikan warna ungu
Metode
permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi
ini dapat dijalankan dalam suasana asam, netral, ataupun alkalis. Jika titrasi
dilakukan dalam lingkungan asam, maka akan terjadi reaksi :
MnO4- +
8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Dimana
potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh adanya kepekaan ion
hidrogen, akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan diatas
tidak terlalu berpengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion
mangan (II) sendiri mampu mereduksikan permanganat dengan membentuk ion mangan
(III) dan mangan oksida (MnO2). Dalam suasana asam reaksi diatas berjalan
sangat lambat, tetapi masih cukup cepat untuk memucatkan warna dari permanganat
setelah reaksi sempurna. Jadi umumnya titrasi dilakukan dilakukan dalam susana
encer lebih mudah mengamati titik akhirnya.
Oksidasi
dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral, atau alkali dengan
reaksi sebagai berikut :
MnO4 +
4H- + 3e- MnO2 + 2H2O
Dapat
dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion hidrogen agak kurang dibandingkan dalam
suasana asam.
Kalium
permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka
ada dua kemungkinan bagian reaksi , yaitu pertama : reaksi yang berjalan
relatif cepat :
MnO4 -
+ e- MnO42-
Dan
reaksi kedua yang berlangsunng relatif lambat :
MnO4 2-
+ 2H2O + 2 e-
MnO2 + 4 OH-
Dari
uraian di atas maka untuk membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga
faktor-faktor yang dapat menyebapkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan
baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan.
Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah
muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium
Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai
arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses
pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- +
2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir
titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
Penetapan
kadar zat berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara
permanganometri. Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam
suasana asam dengan penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak
bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Pada permanganometri, titran
yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh
dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer
serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus
tahun lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium
permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari
mangan oksida. Dalam larutan asam, permanganat(VII) akan tereduksi sehingga
tidak berwarna dan bilangan oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II) (Mn2+)).
8
H+ + MnO4− + 5e− → Mn2+ + H2O
Dalam
larutan basa kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau,
dengan bilangan oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4−
+ e− → MnO42−
Dalam
larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi
+4, warnanya hijau (mangan dioksida MnO2).
2H2O
+ MnO4− + 3 e− → MnO2 + 4OH−. (wikipedia Permangana).
Zat
organik air dioksidasikan dengan KMNO4 direduksikan oleh asam oksalat .
Kelebihan asam oksalat dititrasi dengan KMNO4.
Asam
formiat disebut juga asam semut merupakan cairan jernih, mudah menguap, tidak
berwarna, dan berbau khas. Dalam pengolahan kulit asam formiat digunakan untuk
pengikatan zat warna/fiksasi pada proses pewarnaan dasar. H2SO4 merupakan asam
yang paling cocok karena tidak bereaksi dengan permanganate.
Dalam
permanganometri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan
konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat
diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi.
· Larutan
standar dapat digolongkan menjadi:
§ Larutan
standar primer
larutan
yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu
larutan.
Syarat-syarat
larutan standar primer:
1.
Memiliki kemurnian yang tinggi
2.
Mudah diperoleh dalam bentuk murni dan
mudah dikeringkan
3.
Mudah diperiksa kemurniannya
4.
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah
teroksidasi oleh udara
5.
Mempunyai rumus molekul yang pasti
6.
Tidak mengalami perubahan saat
penimbangan
7.
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi
jadi kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.
Contoh
larutan standar primer
Asam:
H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH)(COOK) C6H4.
Basa:
Na2CO3, MgO, Na2B4O7,Na2C2O4.
Na2C2O4 merupakan
larutan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa
ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis.
§ Larutan
standar sekunder
Larutan
standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh:
NaOH, KOH, KMnO4.
Dalam
titrasi permanganometri KMnO4 tidak dapat dipakai sebagai larutan standar
primer, sebab
1.
Tidak dapat diperoleh dalam keadaan
murni bebas dari MnO2.
2.
Aquades yang digunakan untuk melarukan
biasanya mengandung bahan-bahan reduktor yang akan mereduksi KMnO4 menjadi
MnO2. Adanya MnO2 merupakan katalisator pada penguraian KMnO4 sendiri.
§ Larutan
standar tersier
Larutan
standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
sekunder sebagai pembanding.
·
Adapun
faktor-faktor kesalahan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu:
1.
Pembuatan larutan baku yang kurang
tepat
2.
Kurang teliti pada percampuran larutan
3.
Kurang akurat dalam penimbangan bahan
Sumber-sumber
kesalahan pada titrasi permanganometri yang lain antara lain larutan pentiter
KMnO4 pada buret apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan
KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. penambahan KMnO4
yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4, penambahan KMnO4 yang terlalu
lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada
larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan
terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai
menjadi air. Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri
yang dilaksanakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar